tentang menjadi dewasa
tulisan ini mungkin datang dari
almitra indira 21 tahun yang tidak bisa tidur di suatu malam. ini pasti bukan
gue aja yang pernah mengalami- atau malah jadi rutinitas bagi setiap orang-
bahwa di waktu-waktu terakhir mata mau terpejam, tapi kok rasanya otak ga
mengizinkan ya. waktu mau tidur tuh ada aja yang dipikirin, entah kebetulan
atau engga tapi yang dipikirin biasanya hal-hal yang ga bikin happy.
salah satunya malam ini. jadi kalau
boleh gue bilang, malam ini gue disadarkan bahwa semakin gue dewasa; semakin
banyak hal terbantahkan atas hal-hal yang gue anggap benar dari kecil. atau
hal-hal yang akan selalu sama, baik waktu gue rasakan saat kecil sampai gue
besar. nyatanya enggak. Enggak banget. hal-hal yang dulu sekiranya prinsipil,
as simple as “teman akan selalu ada untuk
kamu”, atau bahkan.. “kita bisa cerita apa aja sama mamah papah”.
nyatanya, semakin dewasa, gue merasa semakin sendiri. kehidupan ini rasanya
makin individualis. bukan, bukan salah didikan, bukan salah pergaulan. hanya
mungkin semakin kesini gue semakin sadar bahwa nilai-nilai yang
terinternalisasi sedari kecil tidak sepenuhnya terjadi ketika kita semakin ‘besar’.
yang paling sedih sih sejujurnya
gue sadar ada hal-hal absurd yang mau sedekat apapun sama orang tua, kayaknya,
hal-hal itu tetap ga bisa diceritakan. misalnya, penyesalan-penyesalan hidup
yang juga semakin absurd. “Sesal” bisa jadi salah satu jenis perasaan paling intim
yang terjadi dalam diri kita. semakin umur kita bertambah, definisi “sesal” ini
juga makin rumit. bukan lagi sesederhana nyesel ga bobo siang. disuatu ketika, pernah, saking
gue nyeselnya akan sesuatu, rasanya ingin balik aja ketika semua “dipilihkan”. minimal,
ketika pilihan-pilihan yang disajikan masih sederhana. tentang mau bolos les
atau ikut rapat osis, tentang nanti jajan sama siapa, dan hal-hal sederhana
yang menjadi mahal untuk dipikirkan disaat sudah besar.
ada yang kamu kira sahabat, berbagi banyak hal, tapi ternyata ga semanis itu juga. punya pasangan yang menerima kamu apa adanya (katanya), tapi setelah dipikir-pikir bahkan kita sendiri aja sulit menerima diri sendiri. pada akhirnya kita sadar, orang-orang di luar diri kita namun kita anggap penting dalam hidup kita itu ternyata ga sebegitunya pentingnya menentukan hidup kamu. in the end, we only have ourselves to depend on.
semakin dewasa, makin banyak
mikir kalau ‘pilihan yang akan kita ambil sekarang, akan berdampak pada apa
yang terjadi saat kita tua’. it just seems that getting older is accompanied by
all kinds of issues that are just depressing and lead to unhappiness. ada makin banyak variable yang ikut andil
dalam memilih sesuatu ketika umur udah segede ini. Idealisme misalnya. tentang
yang seharusnya versi kita. ada makin banyak orang yang kita temui. ada makin
banyak cerita yang kita dengar. kita jadi sadar bahwa semakin dewasa, kepribadian orang semakin sulit untuk dimengerti dan diperkirakan. ada makin banyak buku yang kamu baca dengan imajinasi utopis mu, tapi kenyataan selalu membawa lagi kita ke dasar. atau ada
makin banyak nasehat hidup yang kamu dengar, lalu seketika kamu merasakan bahwa
ternyata tidak bisa demikian. makin kesini, gue ngerasa makin banyak dikhianati oleh hal-hal yang tadinya gue anggap benar.
oh crap, gue ngomong apa sih. I just need to get some sleep. A good sleep.
0 celoteh:
Posting Komentar